Jumat, 29 Oktober 2010

Review: OMEGA "COSMIC" MOONPHASE circa 1958

Ini adalah salah satu jam vintage favorit saya: Omega “Cosmic” Moonphase solid gold, circa 1958. Dapatnya di Spore, beberapa saat setelah saya beli, ada langganan toko tsb yg datang dan mau beli jam ini, tapi terlambat tentunya. Memang betul kata org-org kalo jam vintage itu “jodoh-jodohan”.
diameter 35mm, casing goldnya mengkilap bener seperti baru keluar dari showroom
Setelah beli jam ini, penjual bilang ke saya kalau harganya salah, seharusnya lebih mahal dari apa yang saya sudah bayar, tapi dia blg dia gentleman jadi saya tidak perlu tambah uang. Pertama saya pikir ini sih bisa2nya dia aja supaya saya merasa harganya “good deal”, taktik semacam ini sih saya juga udah kepikir dari dulu, tapi pas saya cek2 email2 saya dengan dia di laptop, ternyata memang harga yg pernah dia tawarkan ke saya sekitar 15% lebih tinggi dari yg saya bayar hari itu.
                      Lihat lugs nya deh, sexy kan. Pakai black leather strap mantep bener.

Jam ini adalah salah satu jam vintage Omega yg paling banyak komplikasinya, ada jam (tentunyaaaaa), tanggal, hari, bulan, dan fase bulan. Sampai sekarang saya belum kepikir kegunaan penunjuk fase bulan, mungkin cocok untuk kaum kaum “werewolf” (manusia serigala) yang cenderung berubah jadi serigala pada waktu bulan purnama? Jadi mereka bisa timing kapan mesti ngumpet sebelum pada tau mereka werewolf. Saya pikir lebih berguna kalau ada fase penunjuk datang bulan ya, jadi kita bisa ambil ancang2 dulu dan tau kapan istri kita lagi bad mood.
hari dan bulan nya bahasa apa yah? "JUIL" itu bukan salah spelling. Banyak komplikasinya cocokin nya juga ribet, gak usah dicocokin lah yang penting di tangan keren. 
Kondisinya, luar binasa (bahasa thn 90an, skrg udah gak nge-trend lagi memang, artinya 1 step di atas “luar biasa”), mungkin salah satu Omega Moonphase dengan kondisi paling bengis di Jakarta? Susah bilang nya karena selama di Jakarta belum pernah nemu Omega Moonphase, mungkin semua pada numpet di laci2 para pe-hobby vintage dan jarang ketemu matahari, apalagi bulan.
                design dial mirip dgn Rolex Moonphase yang dicari-cari kolektor Rolex. mestinya Omega Moonphase juga dicari-cari kolektor Omega ya?
Oya, design dari jam ini cukup mirip dengan Rolex Moonphase yang harganya sekitar USD 54,000 tuh di buku. Bisa dibandingkan di gambar di atas ya. Bedanya versi Omega 35mm, versi Rolex 38mm. Sebenarnya Omega ada versi 37mm nya juga, tapi yg saya nemu yang 35mm, ya udah beli ini dulu.
Setelah lihat versi Rolexnya dan harganya, Makin keren kan jadinyaaaaaaaa
Siap2 mau nonton Midget Wrestling.........(Gulat Orang Kerdil)

contoh adegan midget wrestling..... midget bokep ada juga loh (menurut saya yang hobby nonton cukup "menyimpang")

Rabu, 20 Oktober 2010

Pengalaman: 8 ROLEX DICURI PEMBANTU !!!

Sekitar tahun 1998, saya mulai mengoleksi Rolex, sampai dengan tahun 2002, berikut adalah koleksi Rolex saya:
1.      Datejust silver dial stick marker
2.      Datejust blue dial roman marker
3.      Datejust two tone black dial
4.      Datejust two tone champagne dial
5.      Explorer II white dial
6.      Submariner date
7.      Daydate yellow gold champagne dial
8.      Daydate white gold black dial
Setiap malam saya selalu me-lap jam-jam tersebut dan merapikan nya di laci. Makin dilap, Rolex semakin baru rasanya.
contoh Rolex Blue Dial Roman Numeral Marker, tapi saya punya fluted bezel + jubilee bracelet

Suatu hari ini tahun 2002, saya ditelpon oleh pembantu senior saya:
“Nyo…..” (saya biasa dipanggil Sinyo), “jam2 nya sinyo dicuri semua sama Si Iyem, sekalian kabur…” kata dia. Saya lupa siapa nama pembantu sialan itu Iyem apa Inem atau sejenisnya, yang jelas bukan Naomi/Cindy.
Langsung saya lemas dan hampir pingsan ! Hari itu saya pakai Datejust silver, jadi tinggal 1 lah Rolex saya, yaitu yang ada di tangan saya!
Sorenya saya pulang dan mendapat kabar bahwa pembantu yang kabur karena buru2, ketinggalan beberapa barang dia, yaitu 2 beha (putih)  dan 1 celana dalam lusuh warna coklat muda. Wah ada titik terang nih! Saya pikir. Kebetulan supir saya kenal “orang pintar” yang bisa “mengendus” lokasi seseorang dengan memusatkan pikiran dan konsentrasi pada barang pribadi orang tersebut!
bukan dukun yang bantu saya, tapi mestinya mirip2 ya

Langsung saja supir saya membawa barang2 tersebut ke “orang pintar” itu. Supir saya cerita, bahwa orang pintar itu bilang bahwa pembantu saya ini adalah bagian dari satu komplotan, yang modus operandinya adalah jadi pembantu rumah tangga untuk sementara waktu, sambil mencari-cari barang berharga yang bisa dicolong! Orang pinter itu juga bilang bahwa pembantu itu masih berada di Jabotabek, dan Boss nya marah2 besar karena menurut Boss nya Rolex2 itu tidak ada harganya !

Ini semua saya dengar dari supir saya, karena saya tidak ikut ke orang pintar tersebut. Saya pikir, bagaimana kalau orang pintar itu gay, dan saya dihipnotis? Lalu pulang dari sana tidak ingat apa-apa, hanya berasa agak perih2 di bagian tubuh tertentu dan begitu di cek kok celana dalam saya pakenya terbalik.....aneh....
                                                    Daydate Black Dial, kira2 seperti ini

Kaget juga saya dengar cerita supir saya, karena kok bisa tepat begitu ya, karena memang 8 Rolex di atas adalah Rolex palsu semua. Tapi tetap saja saya tersinggung mendengar Boss nya bilang itu tidak ada harganya, karena untuk mengumpulkan Rolex2 tersebut, tidaklah mudah. Karena yang palsu juga ada tingkatan-tingkatan kualitasnya, ini boleh dibilang KW 1 semua ! Dan saya jatuh bangun membedakan antara KW 1, 2 dan 3 pada awalnya, dan sempat tertipu beberapa kali.

ini satu2nya Rolex palsu yg tidak kecuri, masih ada sampai sekarang. Mirip kan, apalagi pakai Rolex Stand
Sekarang saya tidak lagi koleksi yang palsu, tapi satu-satunya Rolex palsu yang ada di tangan saya waktu itu sehingga tidak tercuri masih ada tentunya. Tiap saya lihat Rolex tersebut, pasti teringat 2 beha putih dan 1 celana dalam lusuh coklat muda.             
 Kira2 seperti ini behanya, sizenya saya tidak cek


                                           Merek dan ukuran, sekali lagi saya tidak tahu

Kamis, 07 Oktober 2010

Koleksi: LOGO/MERK PELUMAS YANG PALING BANYAK DICONTOH

Untuk mengukur kekuatan suatu brand/merk, pada umumnya diukur melalui berbagai hal, seperti: market share, survey top of mind, perceived quality, dan sebagainya, seperti yang umum dilakukan oleh lembaga-lembaga riset/marketing.

Sebenarnya ada cara lain untuk mengukur kekuatan suatu brand, walau memang cara ini tidak umum. Cara yang saya maksud adalah mengukur: sejauh mana brand/logo merk tertentu ditiru dan dipakai oleh orang lain. Hal ini yang menjadi dasar "koleksi" saya berikut ini:

Mascot TOP 1 dalam program "Drive Safe, Save Lives" nya. Logo angka satu dan merk "TOP 1" adalah merk/logo yang paling banyak ditiru bentuknya.   

Seperti "koleksi-koleksi" lain nya, contohnya koleksi jam vintage, semua mulai dari 1 dulu, dan lama-kelamaan menjadi semakin menggila dan semakin banyak. Sama hal-nya dengan koleksi saya yang satu ini, yaitu koleksi logo2 yang meniru-niru logo TOP 1.


 Ini termasuk salah satu yang "vintage", dari tahun 80-an logo TOP 1 sudah ditiru oleh barang sejenis

Di atas adalah salah satu koleksi awal saya, yaitu pelumas merk KING-1 yang logonya mirip bener dengan logo TOP 1


            Pelumas MEGATOP-1 dan POP-1, agak susah ngelak pasti kalo dituduh niru TOP 1

Kalau yang di atas ini, circa tahun 2000-an, MEGATOP-1 sekarang sudah ganti nama jadi SUPRA, tapi dengan kemasan yang masih mirip2 TOP 1. Lihat yg "POP-1", mirip banget gak sih !


                   Yang ini gak senekat "POP-1", tapi tetep aja namanya sama: TOP 1

Masih seputar pelumas, ini "minjem" nama aja, logonya gak ikutan dipinjem

Logo niru dan nekat pasang iklan di majalah: RC-1

Yang di atas ini masih juga seputar otomotif, jualan velg motor merk "RC-1"


Sticker Geng Motor, Macan Kemayoran. Mungkin pada nge fans kebut-kebutan pake TOP 1, bikin tarikan nya MAACHAAANNN
                                 Gak ada hubungan sama otomotif, numpang ngeTOP aja



CD lagu TOP 1 HITS, isinya lagu2 ngeTOP


Sekarang beralih ke makanan: Coklat TOP 1, jangan2 pake oli bumbunya, sorry terbalik, saya gak tau gimana edit2 gambarnya.


                                  Ini selai kayaknya ya, dijual di Spore, jangan dimasukin mobil


                                            Sekalian dia buat roti TOP ONE


                                          makin laper? Potato Chip TOP 1 rasa BBQ


Locupan (semacem kwetiaw?) TOP 1


Lihat logonya deh, Martabak Asli TOP 1 Bandung !



                                        Lebih jelas di sini... Bang, bayar royalty gak tuh???


Kalo Bang Uci ngaku "kebetulan mirip" rasanya sulit dipercaya ya... Mungkin dia punya Tim Pengacara yang kuat jadi tidak takut dituntut.

Sampai di sini, gimana pendapat Anda mengenai koleksi saya? Kalau di dunia jam tangan, udah bisa disebut kolektor besar belum? Rasanya belum yah.... Tapi saya masih punya banyak nih "senjata-senjata rahasia" nya...


Diskotik TOP 1, ada di Daan Mogot, gak tau skrg masih ada gak



Kalau ini logo Bengkel Sumber Jaya, mungkin di bengkel itu TOP 1 paling banyak dicari konsumen...


Di belakang Bus, "PULUS" = "FULUS"? Mungkin hemat uang karena terawat pakai TOP 1?


                            Kaos kampanye caleg?, "Pilihan Anda, Win-Ap juga kan? Pilih no 1" Familiar slogan nya? Kayak pernah denger ya.... di mana ya?



Spanduk kampanye "Pilihan Anda TOP ONE Juga Khan? ya Coblos No 1"


CAGUB SULUT: Bpk. Olly Dondokambey.... kreatifan dikit donggg 


Dari politik beralih ke agama.......
                                              Gantungan kunci ONLY 1 WAY QUR'AN

Kalau yang di atas ini dari agama dengan pengikut terbanyak di Indonesia, souvenir yang bagus untuk pembukaan Pesantren/Mesjid

Sticker ONE WAY Jesus

Sticker ini didapat di salah satu Toko Buku Rohani di Jawa Timur, juga ada versi gantungan kuncinya yang didapat di kota lain:


                                          Souvenir yang cocok untuk peresmian Gereja

Kalau menurut saya, intinya sih berarti walau berbeda-beda agama kita harus tetap BERSATU kan, buat apa berantem-berantem, toh oli-nya sama, TOP 1 juga !



Akhirnya dapet juga yang ORI dan bukan tiruan, TOP 1 Ack Attack, Streamliner tercepat di dunia, 605.7 km/jam !

Jadi kesimpulan nya apa? Kalau menurut saya, cukup satu kalimat aja:

                                         "Immitation is the highest form of flattery !"

                            


Senin, 04 Oktober 2010

Review: AZIMUTH ROBOTO

Kali ini saya akan me-review sebuah jam tangan dgn design super unik: Azimuth Roboto.
                                         Azimuth Roboto, Swiss Made. Box nya juga lucu

Jam tangan ini designnya di-inspirasikan oleh mainan robot2an tahun 50-60an, dgn mesin ETA di modified. Mata kiri untuk penunjuk jam, mata kanan untuk second time zone/gmt, hidungnya untuk detik, dan mulutnya adalah menit retrograde. Crown nya berbentuk “kuping” seperti puteran mainan robot2an pada umumnya.
                           Dengan background bulu tangan yang panjang tapi jarang-jarang
Casingnya agak mirip dengan Richard Mille, dimensinya besar, jam nya berat, finishingnya cukup bagus. Keunikan dari jam ini adalah jam ini merupakan Azimuth Roboto pertama yang dijual di Indonesia melalui dealer resminya Red Army Watches. Nomor serial juga bagus, yaitu: 500-008  
                                     008 lebih HOKI dari kode agen rahasia James Bond 007
          Certificate menjelaskan bahwa ini adalah Roboto pertama yang dijual di Indonesia
               tuh bener kan.... "the first Azimuth Mr. Roboto watch to be sold in Indonesia..."
Pertama kali saya lihat merknya, saya pikir wah, bakal laku nih jam ini, merk nya gampang sekali di ingat:
AZIMUTH: AZIknya dieMUTH.... mama mia ! tuh kan gampang diingat! Anda pasti ingat terus??
                             bulu tangan boleh kalah dibanding Bang Rhoma, kalo bulu hidung....?
Selama saya pakai jam ini, rasanya tidak bosan2, dan serunya lagi karena design jam ini cukup unik, seringkali mengundang “lirikan-lirikan maut” dari sesama pe-hobby jam.
Definisi lirikan maut:
Lirikan mata dari sesama pehobby jam, terhadap jam tangan yang kita pakai, di mana pelirik dengan susah payah dan sembunyi-sembunyi berusaha melihat merek dan tipe jam tangan kita tanpa diketahui oleh yang dilirik. Biasanya lebih dari 1 atau 2 kali lirikan.
                                    contoh konkret "lirikan maut", tapi objek nya beda

Kalau dilirik gitu jadi ingat lagu dangdut terkenal (Rhoma Irama?) yg liriknya begini kira2 kan   "Lirikan Matamu....Menarik Hati....."
Serunya lagi, yang melirik ke Azimuth Roboto ini ternyata pemakai jam-jam terkenal:
1.      Rolex Daytona steel
2.      Panerai Black Seal
3.      AP (tidak tau model mana – saya juga sudah lontarkan lirikan padahal)
4.      Breitling ChronoMatic yg baru
5.  ....??? akan saya update info begitu dapat "lirikan maut" lagi
salah satu yg ngelirik pake ini, kalo diajak tukeran, saya tidak mau, mungkin dia juga gak mau

Jadi kesimpulan nya, yang melirik Azimuth memakai jam yang lebih mahal dari Azimuth Roboto, tapi mereka tetap penasaran dan tertarik dengan design jam ini.
AZIknya dieMUTH.... mama mia ! Highly Recommended!
                                                   contoh proses AZIk pengeMUTHan

Minggu, 03 Oktober 2010

Pengalaman: DIOMELIN PEDAGANG JAM GAJAH MADA PLAZA

Kira2 6 bulan yang lalu, saya survey-survey jam di Gajah Mada Plaza, sekalian ingin membuktikan apakah benar pepatah terkenal yg berbunyi:
“99% pedagang jam tukang tipu, 1% sisanya lagi belajar nipu”.
Caranya, saya sengaja tanya ke para pedagang, mengenai jam vintage yang jelas-jelas parts nya udah diganti dengan yang aftermarket atau dengan parts ori tapi bukan untuk jam itu. Ternyata sebagian besar bilang bahwa parts2 tersebut original, atau “ngeles” dengan classicnya “udah bawaan dari sono nya kok”.
Rolex ref. 1016, parts yang asli dari foto ini hanya pemandangannya aja

Ini belum membuktikan apa-apa karena mungkin saja mereka memang tidak tahu seluk beluk jam vintage, karena memang tidak spesialis menjual jam vintage. Hanya kaum Watch Pervert saja yang peduli hal hal kecil seperti warna tulisan tachymeter harus silver atau gold lah, font di bezel harus font tertentu lah, bentuk logo di caseback harus tertentu lah, dll dll & dll.
Toh saya juga menemukan pedagang/kolektor yang berusaha menjelaskan dengan gamblang dan jujur arloji yang dijualnya. Jadi pepatah tersebut belum tuntas terbukti juga.
Karena tidak ada barang yg menarik, tapi gatel mau belanja sesuatu, saya tertarik pada buku hardcover thn 80-an yang berisi banyak foto Vintage Rolex di salah satu toko jam tsb.
Kira-kira seperti ini, tapi tidak sebagus ini, halaman2nya udah koyak dan kuning, sepertinya      pernah ketumpahan bumbu mpek-mpek atau tahu gejrot.
     “Ini dijual gak? Berapa Koh harganya? Kata saya
     “Loe buka aja harga…” kata si engkoh
     “Sapekceng OK? “ maksud saya Rp 300,000
     “Sapekceng loe gede amat !” jawab si engkoh dengan nada kesal.
Hari itu saya pulang dengan tangan hampa.

6 bulan kemudian…..
Nah baru2 ini, saya survey2 ke Gajah Mada Plaza lagi, gak keliatan barang menarik lagi, dan gatel lagi mau belanja. Teringatlah saya dengan buku tersebut. Saya masuk lagi ke toko itu:
     “Om, inget gak saya dulu pernah tanya buku rolex vintage nya? Masih mau jual? Berapa harganya?” Tanya saya
     “Inget…… Loe mau beli? 5 juta gimana?” kata si Engkoh
Saya pikir ini mahal banget ya, apa buku kalo vintage juga harganya naik seperti jam? Apalagi halaman nya udah kuning2 seperti “tropical dial” dan agak robek2 seperti casing yang agak baret2… Jadi saya coba tawar.
     “Gopekceng deh ya?” saya tawar Rp 500,000 dengan harapan “ketemu” di 600-700rb. Eh ternyata tawaran saya ini sangat menyinggung pedagang jam tersebut.         
     “Loe pikir gua butuh duit apa mau jual buku Rp 500,000? Gua bayar uang sewa aja setahun udah ratusan juta !!!!” kata si Engkoh dengan nada dan muka kesel.
                             Kira-kira seperti ini ekspresi si "engkoh", tapi lebih ganteng
     “Om sorry, saya beneran tidak bermaksud menyinggung perasaan Om…, kan wajar pembeli mau harga sebaik mungkin… Sorry yah Om…” begitu kata saya
     “Emangnya gua kenal tante loe? Ngapain panggil gua “Om” segala…” jawab si engkoh.
                        Kira-kira begini ekspresi bingung saya, tapi lebih ganteng

Akhirnya saya keluar dari toko itu dengan dua pelajaran berharga:
-        Cara pandang orang berbeda-beda: saya merasa harga Rp 500,000 itu adalah tawaran yang wajar, karena buku baru hardcover dgn kondisi super mint dgn tebal yang sama kira2 harganya Rp 800,000. Jadi wajar dong kalau saya tawar Rp 500,000 buku yang kondisinya sudah kurang bagus? Tapi ternyata menurut dia tidak begitu.

-        Jangan panggil pedagang jam “Om” dia akan merasa tua dan mood nya bisa menjadi jelek dan gampang tersinggung. Saya memang kebiasaan dari kecil panggil org yang lebih tua dari saya “Om”, sampai sekarang saya suka lupa bahwa saya sendiri sudah berumur juga walau masih kekanak-kanakan (mungkin ini rahasia awet muda, suka lupa umur) jadi kadang masih suka manggil org yg lebih tua sedikit dari saya dengan “Om” juga.
Saya diomelin 2x untuk mendapatkan pelajaran berharga di atas. Anda tentu tinggal mencatat pelajaran2 penting ini, tanpa perlu ikut diomelin.
Akhir2 ini, supaya lebih dewasa, saya jadi sering minum yg di bawah ini:
                                        Bandrek UNTUK DEWASA, badan jadi anget dan berwibawa
Ternyata cukup manjur, saya merasa lebih dewasa. Dan ternyata inilah efek sampingnya….(yang jual tidak bilang ada efek samping)